Rabu, 15 Juli 2015

Sumbawagen Team 2014 Policy and Practices





Teknologi dibuat bukan hanya untuk diciptakan dan ada, tetapi teknologi adalah solusi dari permasalahan yang ada di masyarakat. Setiap tahunnya kabupaten Sumbawa dapat memproduksi hampir 125.000 ton pertahun dan madu Sumbawa sudah termasuk dalam Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Penipuan dan pencampuran madu Sumbawa telah banyak mengambil perhatian masyarakat luas.

Kemudian dari hal tersebut proyek ini berjalan dan berhasil menciptakan sebuah alat bernama "Econey soft" adalah software yang berbasis android yang dapat mengukur glukosa dalam madu dengan menggunakan kamera. Sistem penghitungan diukur dengan menghitung Luminance value (LV) yang dihasilkan dari Protein Red Flurouscence Protein (RFP).

Projek ini merupakan kombinasi yang menarik antara teknologi informatika dan sintetik biologi yang menciptakan alat yang mudah digunakan untuk masyarakat umum dengan kecanggihan sintetik biologi dalam pemenuhan database untuk membuat software tersebut.

iGEM 2014: Sumbawagen wins Chairman's Award





Ini adalah video dimana saat nama tim Sumbawagen mendapatkan sebuah penghargaan tertinggi "Chairman's Award" di kompetisi International Genetecally Enginereed Machnie (iGEM 2014) yang merupakan sebuah titik balik harapan bukan hanya sebagai mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa tetapi juga seluruh masyarakat Sumbawa di tingkat Internasional.

Sobat Bumi Sumbawa untuk Tana Samawa




   Sobat Bumi Sumbawa adalah organisasi generasi muda yang bergerak dalam bidang konservasi lingkungan yang berada dibawah naungan Universitas Teknoogi Sumbawa. Seluruh founder dari anggota Sobat Bumi Sumbawa adalah penerima aktif beasiswa dari Pertamina Foundation. Sobat Bumi Sumbawa tergabung dalam sobat bumi Indonesia yang berada di salah satu dari lima regional yakni regional Bali-Nusra yang terdiri dari Sobat bumi Bali dari Universitas Udayana, Sobat Bumi Mataram dari Universitas Mataram dan Sobat Bumi Sumbawa dari Universitas Teknologi Sumbawa. Sejak tahun 2013 organisasi ini didirikan setelah kegiatan Gathering Pertamina Foundation Scholars (PFS) 3 di Bogor pada tanggal 30 Oktober – 03 November 2013 adalah kegiatan berkumpulnya seluruh penerima aktif beasiswa dari seluruh Indonesia diantaranya :
  1. Universitas Padjajaran
  2. Universitas Padjajaran
  3. Universitas Negeri Semarang
  4. Universitas Muhammadiyah Malang
  5. Universitas Brawijaya
  6. Universitas Sriwijaya
  7. Institut Pertanian Bogor
  8. Universitas Dipenogoro
  9. Institut Teknologi Sepuluh November
  10. Universitas Pattimura
  11. Swiss-German University
  12. Institut Teknologi Bandung
  13. Universitas Udayana
  14. Universitas Mulawarman
  15. Universitas Mataram
  16. Universitas Jakarta
  17. Universitas Negeri Makasar
  18.  Universitas Musamus
  19. Universitas Teknologi Sumbawa
  20. Universitas Negeri Papua
  21. Universitas Syiah Kuala Aceh
  22. Universitas Hasanudin
  23. Universitas Cendrawasih  

Kemudian pada saat itu pula dibentuk Sobat Bumi Indonesia yang berlokasi di kantor Pertamina Pusat dalam ajang Festival Sobat Bumi. Kemudian untuk menmfollow up kegiatan di Bogor kami melakukan kegiatan pertama kami yakni Sharing Section kepada seluruh mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa dirangkaikan dengan dilaunchingnya blog dari Sobat Bumi Sumbawa yaitu Sbsumbawa.blogspot,com dan perekrutan anggota non-penerima beasiswa pertamina Foundation Sebagai anggota dari Sobat Bumi Sumbawa.

Penanaman 2000 Pohon Binong
Sobat Bumi Sumbawa terdiri atas dua fokus program kerja yakni pertama penanaman pohon binong dan kedua konservasi terumbu karang. Latar belakang dari pemilihan kedua program kerja ini yakni bersangkutan dengan kearifan lokal dan identitas tana samawa. Penanaman pohon binong dilatar belakangi bahwa pohon ini adalah sebagai rumah dari lebah hutan Apis dorsata informasi ini didapatkan langsung dari masyarakat sekitar daerah Batu Dulang, yakni suatu daerah yang merupakan tempat penghasil madu hutan terbanyak di kabupaten Sumbawa. Sehingga ketika kita melestarikan pohon binong maka akan semakin banyak lebah hutan, semakin banyak lebah hutan maka semakin banyak madu Sumbawa.


KonservasiTerumbu Karang
Kedua pemilihan konservasi terumbu karang dilatarbelakangi oleh letak geografis pulau Sumbawa yang berada di Coral triangle dunia yang merupakan surga dari terumbu karang dunia. Alasan mengapa harus dilakukannya konservasi jawabannya sangat mudah yaitu budaya. Pulau Bungin kecamatan Alas adalah salah satu pulau di Sumbawa yang merupakan pulau terpadat di dunia yang memiliki budaya untuk menjadikan karang sebagai fondasi rumah ketika ingin membentuk sebuah keluarga baru. Sehingga lambat laun budaya ini akan merusak ekosistem terumbu karang yang kita semua tahu bahwa setiap tahunnya terumbu karang hanya dapat tumbuh 1 cm dan maksimal 2 cm dengan menggunakan kejutan listrik. Sehingga sobat Bumi Sumbawa datang sebagai solusi dengan semangat mahasiswa yang mencintai bumi untuk menyelamatkan bumi secara bersama-sama belajar, berbagi, dan bergerak bersama membentuk sebuah sinergitas untuk sebuah efektivitas dari sebuah aksi hijau.
Segitiga Karang Dunia
Hingga sekarang anggota aktif dari Sobat Bumi Sumbawa berjumlah 60 orang dan akan terus bertambah, organisasi yang bergerkan untuk kepedulian demi meningkatkan kepedulian masyarakat dan pemuda (Community Awareness) untuk mewujudkan keterlibatan dari masyarakat dan pemuda (Community Involvement) dalam mencintai dan melestarikan lingkungan.





Salam Sobat Bumi
Cintai Bumi Selamatkan Bumi

Aksi Nyata Sobat Bumi Sumbawa

Sobat Bumi Sumbawa in Action 

  1. Sobat Bumi Sumbawa semenjak tahun 2013 hingga 2015 telah melakukan banyak kegiatan diantaranya:
  2.  Penanaman 64 pohon Binong di Desa Batu Dulang kecamatan Batu Lanteh.
  3. Seminar Konservasi Alam VS pertambangan bekerjasama dengan PT. Newmont Nusa Tenggara di Kampus Universitas Teknologi Sumbawa pada tanggal 30 Januari 2014.
  4. Home schooling Joki cilik bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Univversitas Teknologi Sumbawa di Arena Pacuang Kuda Angin laut desa Penyaring.
  5. Menghadiri Rakernas dan Munas Sobat Bumi Indonesia di Denpasar Bali pada tanggal 20-23 Februari 2014.
  6. Konservasi Terumbu karang dan perlindungan pantai di desa Labuan Pade kecamatan Utan pada tanggal 10-11 Februari 2014.
  7. Beach clean up di pantai Labuhan tanggal 20 April 2014 bekerjasama dengan Komunitas Penjaga Pulau SMAN 1 Sumbawa besar.
  8. Menghadiri Sobi Camp di Trawas, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada tanggal 01-05 Desember 2015.
  9. Penanaman Pohon 2000 pohon Binong di Desa Batu Dulang kecamatan Batu Lanteh pada tanggal 18 Januari 2015.
  10. Bersih-bersih sungai Semongkat sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) pada tanggal 22 Maret 2015.
  11. Pengujian kualitas air sungai yang ada di Sumbawa pada tanggal 20 April 2015.
  12. Menghadiri Sobi Summit di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 15-17 Mei 2015.
  13. Sobat Bumi Berbagi di Bulan Ramadhan pada tanggal 7 Juli 2015.


Prestasi Sobat Bumi Sumbawa
Sobat Bumi Sumbawa dalam perjalanannya mendapatkan beberapa prestasi baik di tingkat nasional dan regional diantaranya :
  1. Aksi Hijau penanaman 64 pohon binong berhasil masuk dalam media KOMPAS pada edisi 21 Januari 2014 dengan judul “Bergerak Bersama untuk Bumi”.
  2. Aksi Konservasi terumbu karang berhasil masuk dalam media KOMPAS pada edisi 21 April 2014 dengan judul “Menyingkap Kekayaan Laut Nusantara”.
  3.  Aksi Beach clean up berhasil masuk dalam media KOMPAS pada edisi 21 Juni 2014 dengan judul “Langkah Kecil Lestarikan Bumi”.
  4. Menjadi 1st Runner-up dari Festival pagelaran Bumi di Trawas, Kabupten Mojokerto, Jawa Timur pada tanggal 01-05 Desember 2014. 
Sobat Bumi Sumbawa di media nasional KOMPAS

Pohon Binong dan Madu Sumbawa

       
Pohon Binong (Tetrames nudlifora)
         Pulau Sumbawa yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah merupakan pusat produksi madu hutan yang sudah dikenal di Indonesia. Hal ini secara hukum sudah diakui oleh Kementrian Kehutanan dengan dikeluarkanya paten atas madu Sumbawa sebagai salah satu “Indikasi Geografis” tahun 2011 oleh Lembaga Paten Indonesia. Madu merupakan icon daerah Sumbawa yang telah dikenal luas karena karakteristiknya khas dan telah menjadi bagian dari mata pencaharian sebagian masyarakat daerah Sumbawa. Madu hutan Sumbawa dihasilkan oleh lebah dari jenis giant bee species Apis dorsata. Jenis lebah hutan ini membuat sarang di pohon-pohon tinggi diatas 10 meter di hutan yang dalam bahasa lokal Sumbawa disebut boan. Salah satu boan khas habitat hutan Sumbawa adalah jenis pohon Binong (Tetrames nudlifora). Pohon Binong akan disebut boan ketika di satu pohon binong terdapat lebih dari 2 sarang lebah hutan. Kelangsungan hidup madu hutan Sumbawa banyak bergantung dari kelestarian pohon ini. Saat ini pohon Binong merupakan salah satu spesies tanaman yang mulai berkurang jumlahnya di area kawasan hutan Sumbawa. Selain karena faktor pembibitan yang mengandalkan proses secara alami yang cukup panjang, sehingga pertambahan jumlahnya tidak signifikan, penebangan dan kebakaran hutan untuk keperluan pembukaan ladang menjadi penyebab punahnya rumah bagi lebah hutan Sumbawa ini.

Madu Sumbawa Produksi Jaringan Madu Hitan Sumbawa (JMHS)
 Madu Sumbawa yang dihasilkan oleh spesies lebah madu hutan ini (Apis dorsata) juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan Sumbawa dikenal sebagai sentra penghasil madu alam dan juga banyak dari masyarakatnya bermatapencaharian sebagai produsen dan distributor madu. Selain itu khusus untuk madu hutan Sumbawa sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) yaitu Hak Kekayaan Intelektual  (HaKI) untuk menjamin bahwa madu-madu yang diproduksi di bawah JMHS (Jaringan Madu Hutan Sumbawa) adalah madu hutan yang terjamin keasliannya dan memenuhi standar produksi yang lestari dan higienis. Oleh karena itu sangat penting adanya untuk menjaga kelestarian dari spesies lebah  madu Sumbawa sebagai penghasil madu hutan Sumbawa. Selain itu, produksi madu Sumbawa setiap tahunnya adalah 125.000 ton pertahunnya. Desa Batu Dulang adalah daerah yang memproduksi madu Sumbawa terbesar dari daerah lainnya sekitar 35,5 % dari keseluruhan produk madu Sumbawa berasal dari daerah ini (Julmansyah, 2008). Di daerah Batu Dulang terdapat sebuah hukum tidak tertulis untuk tidak menebang jenis pohon ini. Jika dilihat secara ilmiah adapun beberapa dampak secara langsung atas keberadaan hukum tidak tertulis ini yakni Pertama terhadap keberadaan Lebah Hutan Apis dorsata yang tinggal di pohon ini tentunya hal ini juga akan berbanding lurus dengan produksi madu yang dihasilkan. Kedua, daerah Batu Dulang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni suatu daerah yang berperan penting dalam ketersediaan air untuk kota Sumbawa DAS ini juga digunakan PDAM sebagai sumber air. Ketiga, masyarakat lebih mematuhi hukum adat dan istiadat dari nenek moyang yang menjadi sebuah kearifan lokal dengan hukum tidak tertulis dibandingkan Hukum tertulis berupa hukum pidana ataupun hukum perdata yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pengukuran Ketinggian desa Batu Dulang (840 mdpl)
Masyarakat Batu Dulang yang tinggal di ketinggian 840 mdpl membuat masyarakat bergantung pada  kekayaan hutan dan hasil hutan yang dimilikinya. Sehingga apabila terjadi perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi daerah pertanian tentunya akan berdampak besar terhadap ketersediaan air dan bencana alam yang akan terjadi karena terjadinya perubahan fungsi lahan. Sehingga hukum tidak tertulis merupakan sebuah bentuk dari bottom-up Management dan butuh suatu bentuk top-down Management untuk mempertahan keberlangsungan dan keharmonisan baik alam dan manusia yang sudah bertahan lama. Top-down Management dapat berupa tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu pertama peningkatan kualitas tenaga pendidik untuk pendidikan yang berkualitas. Kedua, jalan merupakan infrastruktur yang diutamakan karena merupakan urat nadi dari kegiatan pereekonomian desa. Ketiga, berantas masyarakat buta internet untuk kemudahan mendapatkan informasi dan akses yang tidak terbatas. Sehingga, Madu merupakan icon daerah Sumbawa yang telah dikenal luas karena karakteristiknya yang khas menjadi potensi unggulan bukan hanya bagi kabupaten Sumbawa tetapi produk unggulan dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Rabu, 08 Juli 2015

SOBI SUMMIT 2015 - Kisah dari Ranah Minang

        

            
             RAKERNAS dan MUNAS Sobat Bumi Indonesia pertama diselenggarakan di Denpasar, Bali 21 Februari 2014. Pada tahun ini acara ini dinamakan Sobi Summit 2015 yang bertema “What will you do for the earth?” acara ini diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat. Beberapa masalah dan pertimbangan keuangan menjadi salah satu faktor yang mempersulit hati ini untuk pergi ke ranah Minang, ke tanah Hayati yang begitu kental dengan adat istiadat. Alhamdulillah, setelah mencoba untuk menelepon orang tua Allah memberikan rezeki untuk berangkat ke Padang. Dengan kesenangan dan kebahagiaan yang muncul ketika bisa berangkat menuju pulau Sumatera untuk pertama kalinya. Dengan menggunakan pesawat Lion air tangga 13 Mei 2015 saya berangkat menuju Padang dan transit di Jakarta selama 5 jam. Dengan hati yang sangat senang ingin melihat ranah Minang secara langsung. Bandara International Minangkabau dengan atap Padang yang khas dengan bentuk tajam membentuk tanduk kerbau. Kak tari menjemput saya dari Bandara menuju kota Padang. Saya berencana untuk menginap beberapa malam di rumah kak Yudha yang juga anggota dari sobat bumi Indonesia. Bunda adalah orang yang paling ramah meskipun hanya beberapa menit saya mengenalnya, sapaan akrab yang membuat kita terasa nyaman untuk tinggal di rumah orang lain. Disitu saya mulai belajar mengenai adat Minang yang begitu kental dengan hukum adatnya. Adalah sikumbang salah satu marga dari Ranah Minang yang dimiliki oleh keluarga kak Yudha dan merekapun masih keturunan kepala suku dari pendahulu mereka, sehingga antara kak Yudha dan Yudhi akan menjadi tokoh adat dari suku sikumbang yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga saudaranya yang lain. Selfie dan Groupie adalah identitas dari kak Yudha karena yang terpenting dari setiap kegiatan adalah dokumentasi dan memori gambar yang tidak akan terlupa selamanya, saya  bercerita banyak dengan bunda. 
Kak Fery - Kak Yudha - dan saya (Fajri)
Begitupun, dengan kak Ferry sahabat saya dari Surabaya yang memiliki sejuta pengalaman hidup yang membuatnya menjadi begitu kuat karena selalu disiram oleh derita hidup. Banyak pelajaran yang saya ambil dari dirinya. Dari bagaimana  berusaha tanpa batas dan berusaha tanpa mengenal 4 huruf “malu”, sangat inspiratif jauh dibandingkan dengan kehidupan saya yang Allah selalu memberikan rezeki yang melimpah dan terkadang sering khilaf akan nikmatnya, astagfirullah.
Banyak pelajaran yang saya petik dari semua teman-teman sobat bumi Indonesia karena memang kami adalah penerima beasiswa yang bukan hanya rajin belajar dan pintar secara akademik. Tetapi, kami adalah sekumpulan mahasiswa yang melewati batas dengan kecakapan berorganisasi memperjuangkan hak dan kepentingan orang lain. Hal yang berkesan bagi diri saya adalah mereka tetap menjadi diri sendiri dengan kemampuan yang mereka miliki. Semangat pantang menyerah yang harus saya pelajari. Semangat beribadah yang harus saya ikuti. Dan semangat untuk berkelakuan baik yang harus saya contohi. Sobi Summit 2015 merupakan sebuah kenangan yang indah yang mungkin bukan hanya saya seorang. Tetapi, oleh 50 orang mahasiswa lainnya yang mengikuti acara ini yang lagi-lagi memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mahasiswa Aceh, Medan, Palembang, Padang, Jakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Bali, hingga Marauke.

We are Sobat Bumi Indonesia, setahun kami sudah mengabdi banyak tawa dan canda yang kami lakukan. Banyak tinta melalui pena yang kami tuliskan cerita persahabatan, kekaguman, dan kebanggan adalah yang saya rasakan bersama kalian. Terimakasih telah banyak mengukir cerita di goresan yang telah saya rasakan saya merasa ada di dunia ini ketika kita bersama saling merangkul kisah ini sungguh begitu indah yang akan saya kenang sepanjang hidup saya. Dan mungkin suatu saat ketika ingatan ini luntur karena waktu atau mungkin sirna. Tulisan ini saya akan mencatat semua nama-nama kalian para sahabat, para sobat, karena kita satu. :
  1. Odit Mukri (Presiden Sobat Bumi Indonesia)
  2. Agnes Kartika Yunita Sitinjak
  3. Ahmadi Satria
  4. Aisyah Khairun Nisa
  5. Alvin Mediadi Kusumah
  6. Anggit Adi Wijaya
  7. Anisa Fitria
  8. Annisa Muliahati
  9. Annisa Sekar Kasih
  10. Aprizzal Pungky Pratama
  11. Arfiana Mahdiati
  12. Arie Purnatrie
  13. Atika Narulita Sari
  14. Bisyri Hakim
  15. Cendra Faris Mahdi
  16. Cindy Suci Ananda
  17. Dewi Sucitra S
  18. Elisabeth Wihelmina Marey
  19. Evi Santi Pratiwi
  20. Fahmi Dwilaksono
  21. Faiz Fahmi
  22. Harun Al Rasyid
  23. Hertanto
  24. Inggrid Eka Pratiwi
  25. Jefri Laban Ofias
  26. Julia Nelly Aprilia Yoku
  27. Kamil Arif Patarai
  28. Koko Wijayanto
  29. Mahraniy
  30. Maikel Kondologit
  31. Melinda Nur Octavia
  32. Melisa Pramesti Dewi
  33. Merry Christine Sarce Rumainum
  34. Metirona Antoh
  35. Mochammad Isro Al Fajri
  36. Mohd Alghafiqie A
  37. Muhammad Wildan
  38. Nanik Wijayanti
  39. Natasha Jessica
  40. Oktiafery Wicaksono
  41. Rahmat Nur Hidayat
  42. Reyhan Revandy
  43. Rian Adha Ardinata
  44. Ridlo Gilang Wicaksono
  45. Rizki Dwika Aprilian
  46. Surati
  47. Toayah Indah Sari
  48. Triani Waprak
  49. Yulia Wulandari
  50. Zamnia Wahyuli      
Rakernas dan Munas SOBI di Bali 
Green Action di Pantai Sanur Bali tahun
Rangkaian Rakernas dan Munas 20-23 Februari 2014






        Sobi Summit 2015 hari pertama, tanggal 14 Mei 2015 langit menunjukan waktu isya, adalah waktu untuk pertama kali bertemu dengan kawan kawan baik kami yang kami rindukan. Dari sobat bumi Palembang ada kak Herman, Reza, Rima, Faisal, sherly, dan Danu. Banyak pengalaman dan cerita menarik yang telah kami buat bersama dari mulai menginap di Hotel di daerah Bukit Tinggi kemudian ke kebun binatang, kacamata kak Reza jatuh ke kandang Harimau, wawancara Bule, dan begitu banyak kisah kasih yang terjadi diantara kami. 
Hujan pertama dibukit tinggi ketika kami mencari baju grosir di pasar dan mencari mobil rent cat untuk pulang kembali ke Padang, kisah ini bukan akhir dari kisah kami di Padang. Langit akan menyatukan kisah kami yang berawal dari Padang hingga ke tana saya berpijak tana Samawa. Begitu tidak akan terlupakan perjalanan kami diBukit tinggi pada tanggal 19-20 Mei 2015 yang berawal dari tur berama keseluruhan delegasi yang masih berada di Padang kami menggunakan 3 mobil untuk menuju berlibur ke Bukit tinggi. Perjalanan dimulai, kadang saya merasa ketakutan apabila mobil merasa melaju begitu cepat dan Itu yang saya rasakan selama perjalanan. Sebisa mungkin saya ingin belajar dari apa yang saya lihat dari kebersihan, sikap, dan perilaku orang disekitar saya. Terdapat sebuah fenomena menarik kotak amal yang memiliki 4 sekat dan kadang banyak jumlahnya di sekitar masjid yang berada di Padang, Disana saya belajar akuntabilitas atau kepercayaan bagi pemberi amal atas uang mereka untuk apa dipergunakakan, hal ini saya lihat di musholla Restoran tempat persinggahan kami, Masjid besar di Bukit tinggi, dan Masjid Diana lokasi kami solat Jum’at pada hari kedua Sobi Summit 2015 di SMK PP. 

PASAR MODAL INDONESIA MASIH TERTINGGAL


Pasar modal Indonesia memiliki sejarah cukup panjang. Secara resmi ditandi dengan pembukaan Bursa Efek Batavia, pada 14 Desember 1912 sebagai cabang dari Bursa Efek Amsterdam. Hal ini meneguhkan bursa efek di Indonesia sebagai yang tertua di Asia, seperti Bombay, Hongkong dan Tokyo (Solihin, 2013). Meskipun Indonesi merupakan salah satu bursa efek tertua di Asia dapat dikatakan bahwa pasar modal Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan bursa efek muda bukan lagi setingkat Asia tetapi Asia tenggara. Berdasarkan data World Federation of Exchange (2012), kapitalisasi pasar bursa saham Indonesia sepanjang Januari 2013 hanya tumbuh 7,6% atau senilai dengan Rp 4.386 triliun dan berada di urutan kesepuluh di kawasan Asia Pasifik. Perbedaan yang begitu jauh apabila kita komparasi dengan Thailand yang merupakan kapitalisasi pasar dengan pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 46,6%. Kemudian, Pertumbuhan kapitalisasi pasar saham Indonesia juga di bawah bursa saham Filipina yang tumbuh 41,3%, Hong Kong 20,1%, Singapura 19,6%, Shenzhen China 16%, Australia 12,7%, Shanghai China 16%, dan India 15,9%. Sementara bursa Malaysia hanya tumbuh 3,3%. Meskipun, jumlah pertumbuhan Indonesia masih berada di atas Malaysia. Namun,apabila dilihat dari Nilai kapitalisasi pasar modal Malaysia saat ini sudah mencapai US$ 3 triliun, sedangkan Indonesia baru sekitar US$ 300 miliar. Kemudian, apabila dilihat dari jumlah emiten Malaysia, Indonesia jauh tertinggal. Jumlah emiten Malaysia saat ini sudah mencapai 907 emiten, sedangkan Indonesia belum menembus angka 500 emiten (Hadaad, 2013). Selain itu, jika dilihat dari jumlah investor di pasar modal, Malaysia mampu mencatatkan 12,8 persen dari jumlah keseluruhan warganya. Sedangkan pasar modal Indonesia hanya mampu mencatatkan 0,27% dari  yang jumlahnya kurang dari 1% jumlah penduduk di Indonesia.
Sementara itu  jumlah emiten di pasar modal Indonesia pada 5 tahun terakhir rata-rata bertumbuh 5% per tahun.  Per  5  November  2014, jumlah emiten telah mencapai  501 emiten, baik emiten saham maupun emiten surat utang korporasi. Jumlah emiten tersebut termasuk rendah apabila kita dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN seperti Malaysia dengan 905 emiten dan Singapura sebanyak 767 emiten (OJK, 2014). Beberapa fakta di atas adalah bukti nyata bahwa pasar modal Indonesia  masih tertinggal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa permasalahan yakni. Pertama, Jumlah investor domestik yang jumlah nya hanya 40% dan investor asing menguasai hampir 60% jumlah kepemilikan saham di pasar modal indonesia.  Kondisi ini mengakibatkan kerentanan pasar modal indonesia terhadap posisi net sell oleh investor asing.  Oleh sebab itu peningkatan jumlah dan transaksi investor domestik perlu terus ditingkatkan. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia sebagai investor potensial di pasar modal, yang jumlahnya mencapai 134 juta jiwa atau sekitar 65% dari total 237 juta penduduk Indonesia.
Kedua, Pengetahuan yang minim mengenai bagaimana berinvestasi di sektor jasa keuangan, khususnya di pasar modal. Kapabilitas sumber daya manusia dan sosialisasi kepada pemerintah daerah adalah hal mutlak yang harus dilakukan pemerintah. Berdasarkan  survey literasi keuangan  yang dilakukan oleh OJK (2013),  baru sekitar  21,84%  masyarakat Indonesia yang benar-benar paham mengenai Lembaga Jasa Keuangan (LJK). Sementara itu dalam kategori  yang lebih  spesifik,  hasil survei nasional literasi keuangan OJK menunjukkan  bahwa  baru  28%  pelajar atau mahasiswa yang memiliki tingkat literasi yang baik dengan tingkat utilitasnya sebesar 44%. Dari survei ini juga terungkap bahwa informasi mengenai sektor perbankan masih mendominasi tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia. Sedangkan, tingkat literasi  atas  produk dan layanan  di  sektor pasar modal  masih sangat rendah, hanya sekitar 4% dengan tingkat utilisasi kurang dari 1%. Sehingga, Sebagian besar masyarakat kelas menengah kita masih memiliki  pandangan yang konvensional dalam hal menginvestasikan kelebihan dananya, yaitu melalui tabungan di bank daripada berinvestasi di pasar modal.
Ketiga, Harga Indeks di Indonesia terlalu mahal, sehingga membuat investor susah untuk masuk ke dalam pasar modal Indonesia.  salah satunya menambah supply di market. Padahal yang terpenting adalah menambah supply agar pasar likuid bertambah, menambah supply dimarket juga bertambah dan menambah jumlah investor di pasar modal Indonesia.
Disisi lain Indonesia perlu mengambil langkah-langkah tepat dan baik agar pasar modal Indonesia berkembang baik secara kualitas dan kuantitas. Menurut OJK (2013), Hal yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan jumlah investor dan emiten yakni dengan penyederhanaan prosedur penawaran umum, pendalaman pasar saham, sosialiasi kepada perusahaan yang berprospek IPO, pengembangan pasar obligasi, dan perluasan basis investor domestik. Kemudian, Hal ini didukung dengan pernyataan Muliaman (2013) Untuk  dapat meningkatkan daya saing pasar modal, hal yang perlu dilakukan adalah edukasi bagi masyarakat, peningkatan good corporate governance (GCG), pendalaman pasar, dan diverisfikasi produk.
Perkembangan pasar modal Indonesia sepanjang 5 tahun terakhir menunjukkan  pertumbuhan  yang cukup signifikan.  Hal ini terlihat dari tingginya pertumbuhan IHSG dan kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia.  Pada tahun 2014 ini IHSG  bahkan  mencatat level tertingginya sepanjang masa pada tanggal 8 September 2014 di level 5.246.  Sepanjang tahun 2014 ini pertumbuhan IHSG  mencapai 16%, merupakan salah satu yang terbaik di kawasan Asia, lebih tinggi dari pada Jepang, Singapura dan Malaysia.
Indonesia pada skala ASEAN, seharusnya mampu memegang peranan hingga 40 persen, baik dari segi perdagangan dan jumlah penduduk. Hal Ini yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia seluas-luasnya dan sebesar-besarnya.
Ditulis oleh :
Mochammad Isro Alfajri
Fakultas Bioteknologi Semester IV

Universitas Teknologi Sumbawa