Oleh : Mochammad Isro Al Fajri
Festival moyo tahun 2013, dengan salah satu rangkaian acaranya
adalah pacuan kuda, pacuan kuda dilaksanakan pada tanggal 19-29 September 2013
di arena pacuan kuda angin laut desa penyaring kecamatan moyohilir kabupaten
Sumbawa. Pacuan kuda di Sumbawa memiliki ciri khas tersendiri dengan rata-rata
menggunakan joki yang masih duduk di bangku sekolah dasar, arena pacuan yang jauh, fasilitas yang minim,
infrastruktur jalan yang rusak, dan
penyediaan fasilitas penginapan bagi para peserta pun dapat dikatakan tidak ada, serta penjagaan
dari aparat kepolisian masih sangat minim.
Joki Cilik Pacuan Kuda Sumbawa, 2013 |
ini merupakan acara yang besar dengan tanpa adanya persiapan dan kesiapan
dari pemerintah maupun dinas terkait,
bahkan dapat
dikatakan peran dari tokoh masyarakat mengambil bagian
besar dalam suksesnya acara pacuan kuda ini, memang sangat disayangkan selain
orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan dapat dengan sesuka hati menjadikan pacun kuda sebagai lahan bisnis
untuk menambah kekayaan dirinya, selain itu bagi para bos joki pun mengambil
keuntungan dengan prinsip ekonomi “kotor”
untuk mendiskriminasi para joki-joki yang umumnya masih duduk dibangku sekolah dasar, sangat menyedihkan memang untuk seumuran anak bawang sudah merasakan
pahit dan kerasnya kehidupan, mereka harus melupakan impian dan cita-cita mulia mereka,
mengorbankan pendidikan mereka, mengorbankan waktu untuk berkumpul bersama
orangtua tercinta. Mengapa di era Reformasi
seperti ini masih saja terjadi “perbudakan berdasi” dengan berdalih ingin memberdayakan joki-joki
tetapi sesungguhnya hanya memanfaatkan jasanya untuk mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya namun untuk para joki merasakan kesedihan yang teramat
perih.
Joki merupakan korban yang
sesungguhnya banyak joki yang sudah mengenal nikotin, lupa akan ilmu agama, bahkan bagi joki yang duduk di bangku kelas 6 SD
ada yang tidak dapat membaca. Joki yang sudah terbiasa melalaikan waktu untuk beribadah buan semata-mata kesalahan dirinya sendiri namun dikarenakan situasi dan
kondisi di arena joki yang terpelosok jauhnya tidak
memiliki tempat peribadatan. Padahal
yang terpenting di usia mereka adalah penanaman karakter yang dapat tertanam
hingga dewasa. Memang sangat miris dan tragis, mungkin dua kata itu yang dapat mewakilkan
kegagalan pemerintah untuk mewujudkan salah satu tujuan bangsa yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia untuk matahari
kehidupan bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar