Jumat, 25 Juli 2014

New Treasure and Brave




New Treasure and Brave
Oleh : Mochammad Isro Alfajri
 
Samawa Sabalong samalewa adalah salah satu kabupaten yang berdaya saing yang berada di Nusa Tenggara Barat. Salah satu provinsi yang dikenal dengan IPM preingkat kedua terendah dan provinsi yang dianak tirikan di Negara kesatuan Republik Indonesia. NTT tetangga dari NTB mendapat 10 kali dana lebih banyak dari pemerintah pusat. Bayangkan saja ketika NTB harus mengejar ketertinggalannya, dengan start point yang berbeda dari provinsi lain. NTB dikenal dengan sebutan Nasib Tidak Baik begitu kata sebuah buku “Mampukah NTB Bangkit” dengan berbagai persoalan yang terus berdatangan. NTB adalah lumbung Pangan Nasional, NTB adalah tempat perusahaan pertambangan kedua terbesar di Indonesia (PT. Newmont), NTB adalah kawasan pariwisata yang paling terdekat dengan Bali. Begitu banyak yang ada di NTB, pertanyaan selanjutnya bagaimanakah NTB bisa bangkit? Berubah dari Nasib Tidak Baik menjadi Nasib Telah Berubah kemudian berubah menjadi New Treasure and Brave. Bangga menjadi NTB, Namun saat ini bukan NTB yang ingin saya bahas tetapi salah satu kabupaten dengan potensi untuk menjadi New Treasure and Brave, nama kabupaten itu adalah Sumbawa. Tana sumbawa sabalong samalewa dengan luasnya hampir sama dengan luas pulau Lombok, memiliki harta karun dan keberanian untuk rise and shine bangkit dan bersinar.
Potensi parawisita, mineral, pertambangan, pertanian, peternakan dan begitu banyak potensi yang dimiliki dengan kabupaten berprestasti, kabupaten yang berdaya saing, kabupaten yang berbudaya, adalah kekuatan dari Sumbawa. Bumi sejuta sapi, Lumbung pangan nasional, segitiga karang dunia, kekayaan plasma nutfah, kekayaan hutan, dengan begitu banyak harta karun yang dapat ditemukan di Sumbawa. Namun kekayaan alam yang begitu melimpah tidak diiringi dengan peningkatan kualitas manusia dan perkembangan serta penerapan teknologi tepat guna. Wajar memang, apabila kita melihat dari IPM NTB yang rendah, tetapi itu bukanlah alasan untuk berubah dan terus bangkit. Kemudian Budaya pelajar Sumbawa yang melanjutkan Perguruan tinggi ke pulau jawa adalah budaya yang tetap bertahan dan berkembang. Tetapi jangan hanya menyalahkan budaya remaja Sumbawa yang tidak bangga terhadap daerah Sumbawa yang telah tertanam sejak dini. Apakah pemerintah menyadari kelemahan moral ini? Jawabannya jelas Tidak !. Pemerintah terus menggunakan cara lama untuk membangun di era baru ini. Terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat yang tetap terjaga “Orang Sumbawa adalah orang tidak disiplin ” kemudian pola pikir untuk pendidikan sekolah SD, SMP, SMA, kemudian Sarjana dan setelah itu berusaha lulus tes CPNS, dengan menggeluti bidang yang bukan keahliannya. Bukan ingin menyalahkan siapa-siapa tetapi dalam kasus ini semua pihak dapat disalahkan. Masyarakat, pola pikir, tidak disiplin, bukan hanya menjadi masalah Sumbawa tetapi masalah Indonesia. Memang tidak semua masyarakat seperti itu, tetapi jumlah masyarakat belum sadar lebih banyak dengan masyarkat yang sadar. Kemudian masyarakat yang sadar itu yang akan melawan rotasi, sebagai penggerak, sebagai pemicu, dan sebagai pioner untuk perubahan, bukan untuk kekayaan, bukan untuk tahta, bukan untuk ketenaran tetapi hanya satu alasan karena “saya orang Sumbawa”.
Harapan itu muncul ketika Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) dibangun dengan visi untuk bermanfaat manfaat bukan hanya untuk Sumbawa tetapi untuk Semesta alam. UTS untuk mengembangkan potensi Sumber daya manusia dengan berbagai kegiatan dari forum Nasional seperti Sobat bumi yang merupakan bagian dari Pertamina Foundation hingga lomba internasional seperti International genetically enginereed machine (IGEM) yang saat ini diikuti oleh fakultas Teknobiologi. Sehingga bukan sesuatu yang mustahil ketika Sumbawa dapat meningkatkan bahkan menciptakan berbagai potensi yang ada seperti energi terbarukan berbasis potensi lokal, diversifikasi hasil perikanan dan pertanian, inovasi teknologi kelautan, industri musik, mengembangkan dan mempromosikan wisata daerah, dan  berbagai manfaat yang dapat diperoleh. Selain itu, UTS juga dapat berperan dalam kerjasama dengan institusi internasional dalam proses Industrialisasi produk lokal yang berkualitas dan daya jual tinggi. Sehingga berbagai ancaman yang untuk kemajuan Sumbawa dapat dIminimalisir bahkan dihilangkan.
Sumbawa dan Boston dua hal yang terlalu berbeda untuk dibandingkan, Boston adalah salah satu kota penting di Amerika Serikat, kota yang produktif dengan pereekonomian yang berdasar pada pendidikan, perdagangan, dan terutama pada bidang pelabuhan yang merupakan gerbang kebangkitan dari kota Boston. Dilihat dari segi keragaman masyarakat dari ras yang berbeda seperti kulit hitam, kulit putih, asia, dan berbagai ras lainnya. Boston juga memiliki daya tarik wisata dengan berbagai macam bangunan tua nan kokoh Gedung-gedung yang mengingatkan zaman lampau banyak sekali, seperti, Majelis Boston, dsb. Didirikan Orkestra Simfoni (1881) dan Museum Kesenian; Universitas Simmons untuk wanita (1902) lain halnya di Sumbawa yang memiliki Istana dalam loka yang memiliki sejarah dan menjadi saksi bisu perjalanan kerajaan Sumbawa pada tahunn 1800-an.
Boston merupakan kota terkaya dan terbesar di Massachuesetts di Amerika Serikat berdiri pada tahun 1630 dengan ekonomi berbasis di pendidikan, perawatan kesehatan, keuangan dan teknologi tinggi dan salah satu kiblat pendidikan di dunia dengan Universitas-universitas Besar dan ternama yang ada di Boston. Memang Boston adalah salah satu kota yang megah dan kaya, tetapi tak bisa membutakan mata kami. Memang Sumbawa tidak memiliki semua itu, kami memiliki adat  budaya yang tidak dimiliki boston, kami memiliki tradisi yang tidak dimiliki boston, kami memiliki Islam sebagai mayoritas agama kami, kami memiliki wilayah yang luas dan asri, kami memiliki begitu banyak keindahan alam dan kekayaan alam. Kami yakin bisa seperti Boston, tetapi kami juga yakin bahwa Boston tidak akan bisa seperti Sumbawa. Karena begitu banyak gedung pencakara langit, kepadatan penduduk, tingkat stress yang tinggi, wanita yang masih menutupi aurat, budaya yang ketimuran kami yang terjaga, sehingga begitu banyak hal yang bisa kami sebutkan untuk menjadikan alasan kami bangga menjadi “Tau Samawa”.
Kami memang jauh apabila berbicara masalah pendidikan Boston yang merupakan kekuatan yang dimiliki Boston, dengan masyarakatnya yang berumur 25 tahun lebih sebesar 43,3 % telah memiliki gellar sarjana dan sebesar 84,8 % memiliki pendidikan akhir SMA, memang angka yang sangat besar apabila dilihat dari masayarakatnya yang berpendidikan. Tetapi, walaupun Boston memiliki kekuatan dan kesempatan yang besar dibidang pendidan, perawatan kesehatan, dan pelabuhan, Boston juga memiliki ancaman terutama ancaman dalam kehidupan sosial yang semakin glamor dan bahkan sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan budaya ketimuran Indonesia. Di Sumbawa bahkan tidak ada sama sekali pasangan yang lesbian dan Gay, Boston sebesar 0,6 % pasangan lesbian dari semua rumah tangga dan 1,0 % pasangan gay. Semakin berjalannya waktu akan semakin meningkat dan menghancurkan kehidupan Boston. Data yang dimiliki oleh Boston begitu lengkap dan terbuka serta detail untuk diakses seluruh masyarakat dunia, tetapi untuk mencari data presentase umat beragama di Boston dari yang beragama islam, kristen, hindu, budha, sangat sulit untuk didapatkan sehingga tidak dapat diambil kesimpulan. Karena ingat Newton pernah berkata “agama tanpa ilmu itu buta, dan ilmu tanpa agama itu lumpuh” jadi kedua hal ini tidak akan dapat dipisahkan satu sama lain.
            Pada akhirnya memang Boston merupakan salah satu kota terpenting dan terkarya di Amerika serikat bahkan Dunia, tetapi bukan itu yang kami jadikan tolak ukur untuk menjadikan kota itu lebih baik dari Sumbawa. Tetapi Boston memiliki pendidikan yang baik dan terus berkembang. Sehingga Boston adalah kota yang kami kagumi, bukan untuk membuang kebanggan kami terhadap Sumbawa, tetapi karena ada sesuatu hal yang lebih besar yang dapat kami pelajari di sana dan kemudian kami akan bersama-sama hadirkan pendidikan yang berkualitas sama dengan Boston di tanah kami tercinta Tana Samawa. Essay ini saya tutup dengan sebuah lawas sumbawa kudatang sangka koangkang, lema ku santurit kemang, lema mampis bawa rungan yang artinya kami datang dihadapan anda, dengan membawa berjuta bunga sehingga anda akan membawa kabar yang harum (mampis). Kabar harum juga dapat diartikan sebagai kesan yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar